This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 14 November 2016

Sejarah Hindu-Budha Bab 2 Kelas X



LAHIRNYA AGAMA HINDU BUDDHA DI INDIA, TEORI MASUK DAN BERKEMBANGNYA HINDU BUDDHA SERTA PENINGGALANNYA DI INDONESIAA

SEJARAH INDONESIA
LAHIRNYA AGAMA HINDU-BUDDHA DI INDIA, TEORI MASUK DAN BERKEMBANGNYA HINDU-BUDDHA SERTA PENINGGALANNYA DI INDONESIA









   A.   LAHIR DAN BERKEMBANGNYA AGAMA HINDU-BUDDHA DI INDIA
1.     LAHIR DAN BERKEMBANGNYA AGAMA HINDU
Lahir dan berkembangnya agama Hindu-Budha tidak dapat lepas dari peradaban lembah Sungai Indus, di India. Di Indialah mulai tumbuh dan berkembang agama dan budaya Hindu dan Budha. Dari tempat tersebut mulai menyebarkan agama Hindu-Budha ke tempat lain di dunia. Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (cirinya kulit putih, badan tinggi, hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa melalui celah Kaiber (Kaiber Pass) pada 2000-1500 SM dan mendesak bangsa Dravida (berhidung pesek, kulit gelap) dan bangsa Munda sebagai suku bangsa asli yang telah mendiami daerah tersebut. Bangsa Dravida disebut juga Anasah yang berarti berhidung pesek dan Dasa yang berarti raksasa. Bangsa Aria sendiri termasuk dalam ras Indo Jerman. Awalnya bangsa Aria bermatapencaharian sebagai peternak kemudian setelah menetap mereka hidup bercocok tanam. Bangsa Aria merasa ras mereka yang tertinggi sehingga tidak mau bercampur dengan bangsa Dravida. Sehingga bangsa Dravida menyingkir ke selatan Pegunungan Vindhya.
Orang Aria mempunyai kepercayaan untuk memuja banyak Dewa (Polytheisme), dan kepercayaan bangsa Aria tersebut berbaur dengan kepercayaan asli bangsa Dravida. Oleh karena itu, Agama Hindu yang berkembang sebenarnya merupakan sinkretisme (percampuran) antara kebudayaan dan kepercayaan bangsa Aria dan bangsa Dravida. Selain itu, istilah Hindu diperoleh dari nama daerah asal penyebaran agama Hindu yaitu di Lembah Sungai Indus/ Sungai Shindu/ Hindustan sehingga disebut agama dan kebudayaan Hindu. Terjadi perpaduan antara budaya Arya dan Dravida yang disebut Kebudayaan Hindu (Hinduisme). Daerah perkembangan pertamanya terdapat di lembah Sungai Gangga, yang disebut Aryavarta (Negeri bangsa Arya) dan Hindustan (tanah milik bangsa Hindu).
Salah satu peninggalan peradaban Mohenjodaro.

Dari peninggalan benda benda purbakala di Mohenjodaro dan Harappa, diketahui bahwa bangsa India pada zaman dahulu telah mempunyai peradaban tinggi. Salah satu peninggalan menarik adalah sebuah patung yang menunjukkan perwujudan Siwa, Peninggalan tersebut erat hubungannya dengan ajaran Weda. Pada zaman ini telah dikenal penyembahan terhadap para dewa.
Perkembangan agama Hindu di India pada hakikatnya dapat dibagi menjadi empat fase, yaitu :
1.      Zaman Weda
Dimulai pada waktu kedatangan bangsa Arya di Puniab, lembah sungai Indus, sekitar tahun 2500-1500 sebelum Masehi, setelah mendesak bangsa Dravida ke Daratan Tingg Dekkan. Bangsa Arya telah memiliki peradaban tinggi, mereka menyembah dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu, Indra, dan Siwa. Meskipun dewa jumlahnya banyak, semuanya adalah manifestasi Tuhan Yang Maha Esa.
2.      Zaman Brahmana
Kekuasaan kaum brahmana sangat besar terutama dalam kehidupan keagamaan. Zaman ini ditandai dengan mulai tesusunnya “tata cara upacara” beragama yang teratur. Penyusunan tata cara ini berdasarkan wahyu-wahyu Tuhan yang termuat dalam Weda.
3.      Zaman Upanisad
Zaman pengembangan dan penyusunan filsafat agama. Pada zaman ini, orang berfilsafat dasar Weda dan juga muncul ajaran filsafat yang tinggi.



4.      Zaman Buddha
Dimulai ketika putra Raja Sudhodana yang bernama Sidharta, menafsirkan Weda dengan cara mengembangkan system yoga dan semadi sebagai jalan untuk menghubungkan diri dengan tuhan.

Kitab suci agama Hindu disebut Weda (Veda) artinya pengetahuan tentang agama. Pemujaan terhadap para dewa-dewa dipimpin oleh golongan pendeta/Brahmana. Ajaran ritual yang dijadikan pedoman untuk melaksanakan upacara keagamaan yang ditulis oleh para Brahmana disebut kitab Veda/Weda yang terdiri dari 4 bagian, yaitu:

• Reg Veda, berisi tentang ajaran-ajaran Hindu, merupakan kitab tertua (1500-900 SM) kira-kira muncul saat bangsa Aria ada di Punjab.
• Yajur Veda, berisi doa-doa yang dibacakan waktu diselenggarakan upacara agama, lahir saat bangsa Aria menguasai daerah Gangga Tengah.
• Sama Veda, berisi nyanyian puji-pujian yang wajib dinyanyikan saat diselenggarakan upacara agama.
• Atharwa Veda, berisi kumpulan mantera-mantera gaib, doa-doa untuk menyembuhkan penyakit. Doa/mantra muncul saat bangsa Arya menguasai Gangga Hilir.

Hindu mengenal pembagian masyarakat atas kasta-kasta tertentu, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Pembagian tersebut didasarkan pada tugas/ pekerjaan mereka.
• Brahmana bertugas mengurus soal kehidupan keagamaan, terdiri dari para pendeta.
• Ksatria berkewajiban menjalankan pemerintahan termasuk pertahanan Negara, terdiri dari raja dan keluarganya, para bangsawan, dan prajurit.
• Waisya bertugas berdagang, bertani, dan berternak, terdiri dari para pedagang.
• Sudra bertugas sebagai petani/ peternak, para pekerja/ buruh/budak, merupakan para pekerja kasar.

Di luar kasta tersebut terdapat kasta Paria terdiri dari pengemis dan gelandangan. Perkawinan antar kasta dilarang dan jika terjadi dikeluarkan dari kasta dan masuk dalam golongan kaum Paria seperti bangsa Dravida. Paria disebut juga Hariyan dan merupakan mayoritas penduduk India.
Pembagian kasta muncul sebagai upaya pemurnian terhadap keturunan bangsa Aria sehingga dilakukan pelapisan yang bersumber pada ajaran agama. Pelapisan tersebut dikenal dengan Caturwangsa/Caturwarna, yang berarti empat keturunan/ empat kasta. Pembagian kasta tersebut didasarkan pada keturunan.

2.     LAHIR DAN BERKEMBANGNYA AGAMA BUDDHA
Arca Sidharta Gautama, tokoh penyebar Buddha

Agama Buddha muncul sebagai reaksi terhadap dominasi brahmana atas ajaran dan ritual keagamaan dalam masyarakat di India. Diperkirakan agama Buddha lahir sekitar abad V sebelum masehi. Pembawa agama Buddha adalah Sidharta Gautama (563-486 sebelum Masehi), putra Raja Sudhodana dari Kerajaan Kosala di Kapilawastu.
Untuk mencari pencrahan hidup, Sidharta Gautama meninggalkan istana Kapilawastu menuju hutan di Bodh Gaya. Ia bertapa di bawah pohon (semacam pohon beringin) dan mendapatkan Bodhi, yaitu semacam penerangan atau kesadaran yang sempurna. Pohon itu kemudian dikenal sebagai Sang Buddha, yang artinya disinari. Peristia tersebut terjadi pada tahun 531 sebelum Masehi. Wejangan pertama Sidharta Gautama disampaikan di Taman Rusa di Sarnath, India bagian timur laut.
Dalam ajaran Buddha, manusia akan lahir berkali-kali (reinkarnasi). Hidup adalah samsara, menderita, dan tidak menyenangkan. Menurut ajaran Buddha, hidup menderita disebabkan adanya tresna atau cinta, yaitu cinta (hasrat/nafsu) akan kehidupan. Penderitaan dapat dihentikan, caranya dengan menindas tresna melalui delapan jalan (astawida), yaitu melaksanakan ajaran dengan benar, niat dan bersikap benar, berkata benar, bertingkah laku benar, hidup dengan benar, berusaha dengan benar, selalu memperhatikan, serta bermeditasi dengan benar.
Kitab Suci agama Buddha adalah Tri Pitaka. Tri itu bermakna tiga, dan pitaka itu bermakna bakul, tapi dimaksudkan adalah bakul hikmat. Hingga Tripitaka itu bermakna Tiga Himpunan Hikmat, yaitu;
1.      Sutta Pitaka, berisikan himpunan ajaran dan kotbah Buddha Gautama.Bagian terbesar berisi percakapan antara Buddha dengan muridnya.Didalamnya juga termasuk kitab-kitab tenyang pertekunan  (meditasi),dan peribadatan,himpunan kata-kata hikmat,himpunan sajak-sajak agamawi,kisah berbagai orang suci. Keseluruhan himpunan ini ditunjukkan bagi kalangan awam dalam agama Buddha.
2.      Vinaya Pitaka, berisikan Pattimokkha,yakni peraturan tata hidup setiap anggota biara-biara (sangha). Didalam himpunan itu termasuk Maha Vagga, berisikan sejarah pembangunan kebiaraan (ordo) dalam agama Buddha beserta hal-hal yang berkaitan dengan biara. Himpunan Vinaya-pitaka itu ditunjukkan bagi masyarakat Rahib yang dipanggilkan dengan Bikkhu dan Bikkhuni.
3.      Abidharma-pitaka, yang ditunjukkan bagi lapisan terpelajar dalam agama Buddha, bermakna : dhamma lanjutan atau dhamma khusus. Berisikan berbagai himpunan yang mempunyai nilai-nilai tinggi bagi latihan ingatan,berisikan pembahasan mendalam tentang proses pemikiran dan proses kesadaran. Paling terkenal dalam himpunan itu ialah milinda-panha (dialog dengan raja Milinda) dan pula Visuddhi maga (jalan menuju kesucian)









B.   TEORI KEDATANGAN DAN BERKEMBANGNYA AGAMA HINDU-BUDDHA DI INDONESIA
Hingga saat ini proses masuknya agama Hindu-Buddha di Indonesia masih diperdebatkan oleh para ahli. Pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli merupakan sebuah teori sementara yang masih memerlukan pembuktian. Teori-teori tersebut sangat berguna dalam memberikan pemahaman tentang proses masuk dan berkembangnya agama serta kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Teori tersebut dibagi menjadi 5 :

1.      TEORI SUDRA
Hanya sedikit ahli yang setuju pada teori Sudra, salah satunya adalah Von van Feber. Inti teori ini adalah kedatangan agama Hindu di Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta sudra. Von van Feber mengungkap sejumlah pendapat berikut berkaitan teori ini:
a.       Golongan berkasta sudra (pekerja kasar) menginginkan kehidupan yang lebih baik. Oleh karena dijadikan budak di India, mereka pergi ke daerah lain, termasuk ke Indonesia.
b.      Golongan berkasta sudra sering dianggap orang buangan. Oleh karena itu, mereka meninggalkan daerahnya pergi ke daerah lain , bahkan keluar dari India hingga ada yang sampai di Indonesia agar mendapat kedudukan lebih baik dan lebih dihargai.

Teori ini menimbulkan kontroversi karena kaum sudra dianggap tidak layak untuk menyebarkan agama Hindu. Mereka adalah kelompok bawah, kaum budak, dan memiliki derajat terendah. Oleh karena itu, dalam urusan keagamaan, kaum sudra tidak mungkin menyebarkan agam Hindu.  Adapun bantahan para ahli terhadap teori Sudra sebagai berikut:
a.       Golongan sudra tidak menguasai ajaran agama Hindu sebab mereka tidak menguasai bahasa Sanskerta yang digunakan dalam kitab suci Weda.
b.      Tujuan utama kaum sudra meninggalkan India untuk mendapat penghidupan dan kedudukan yang lebih baik (memperbaiki keadaan/kondisi mereka). Jika mereka pergi ke tempat lain, pasti untuk mewujudkan tujuan utama mereka, bukan untuk menyebarkan agama Hindu.

2.      TEORI WAISYA
Teori waisya dikemukakan oleh N.J.Krom. Menurut N.J.Krom, agama Hindu/Buddha masuk di Indonesia dibawa kaum pedagang yang datang dengan tujuan berdagang. Pedagang India kemudian menetap di Indonesia dan menikah dengan penduduk lokal. Menurut N.J.Krom, ada dua kemungkinan agama Hindu disebarkan oleh golongan waisya :
a.       Para pedagang India melakukan perdagangan dan akhirnya sampai di Indonesia untuk berdagang. Melalui interaksi ini, agama Hindu disebarkan pada masyarakat Indonesia.
b.      Para pedagang dari India yang singgah di Indonesia selanjutnya mendirikan pemukiman sambil menunggu angina musim yang baik untuk membawa mereka kembali ke India. Mereka pun berinteraksi dengan penduduk sekitar dan menyebarkan agama kepada penduduk lokal Indonesia.

Melalui interaksi dengan penduduk setempat, para pedagang berhasil memperkenalkan agama Hindu-Buddha. Dengan begitu, kaum pedagang memiliki peranan penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Faktor yang memperkuat teori ini adalah sebagai berikut :
a.    Teori Waisya mudah diterima akal karena dalam kehidupan, faktor ekonomi menjadi sangat penting dan perdagangan merupakan salah satu kegiatan berekonomi. Kegiatan perdagangan dianggap mempermudah para pedagang asing untuk berinteraksi dengan orang dari berbagai daerah.
b.   Terdapat Kampung Keling, yaitu perkampungan para pedagang India di Indonesia. Kampung Keling terdapat d beberapa daerah di Indonesia, antara lain di Jepara, Medan, Aceh, dan Malaka.
Meskipun teori ini cukup kuat, teori ini juga memiliki sejumlah kelemahan sebagai berikut :
a.    Kaum waisya tidak menguasai bahasa Saskerta dan aksara Pallawa. Bahasa dan aksara tersebut hanya dikuasai kaum brahmana.
b.   Sebagian besar kerajaan Hindu-Buddha terletak di pedalaman. Jadi, jika pengaruh Hindu-Buddha dibawa pedagang, tentunya kerajaan-kerajaan tersebut terletak di daerah pesisir.



3.      TEORI KESATRIA
Ada tiga pendapat mengenai proses penyebaran kebudayaan Hindu-Budha yang dilakukan oleh golongan ksatria, yaitu:
a. C.C. Berg menjelaskan bahwa golongan ksatria yang turut menyebarkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Para ksatria India ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan yang diberikan oleh para ksatria ini sedikit banyak membantu kemenangan bagi salah satu kelompok atau suku di Indonesia yang bertikai. Sebagai hadiah atas kemenangan itu, ada di antara mereka yang kemudian dinikahkan dengan salah satu putri dari kepala suku atau kelompok yang dibantunya. Dari perkawinannya itu, para ksatria dengan mudah menyebarkan tradisi Hindu-Budha kepada keluarga yang dinikahinya tadi. Selanjutnya berkembanglah tradisi Hindu-Budha dalam kerajaan di Indonesia.
b. Mookerji juga mengatakan bahwa golongan ksatria dari Indialah yang membawa pengaruh kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia. Para Ksatria ini selanjutnya membangun koloni-koloni yang berkembang menjadi sebuah kerajaan.
c. J.L.Moens mencoba menghubungkan proses terbentuknya kerajaan-kerajaan di Indonesia pada awal abad ke-5 dengan situasi yang terjadi di India pada abad yang sama. Ternyata sekitar abad ke-5, ada di antara para keluarga kerajaan di India Selatan melarikan diri ke Indonesia sewaktu kerajaannya mengalami kehancuran. Mereka itu nantinya mendirikan kerajaan di Indonesia.

Kekuatan teori Kesatria terletak pada kenyataan bahwa semangat berpetualang pada saat itu umumnya dimiliki oleh para kesatria (keluarga kerajaan). Semangat berpetualang yang ditunjukkan golongan kesatria pada periode tersebut mendorong penyebaran agama dan budaya Hindu-Buddha. Meskipun teori ini memiliki kekuatan, teori ini juga tidak terlepas dari kelemahan berikut :
a.    Golongan kesatria tidak menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa yang terdapat pada kitab Weda.
b.   Apabila Indonesia pernah menjadi daerah taklukan kerajaan India, tentu ada bukti prasasti yang menggambarkan penaklukan tersebut. Akan tetapi, baik di India maupun Indonesia tidak ditemukan prasasti semacam itu.
c.    Tidak mungkin pelarian kesatria dari India mendapt kedudukan mulia seperti raja di wilayah lain. Di Indonesia pada masa itu seseorang yang menjadi pemimpin haruslah memenuhi syarat mempunyai kemampuan lebih tinggi daripada yang lain.

4.      TEORI BRAHMANA
Teori ini dikemukakan oleh Jc.Van Leur yang menyatakan bahwa agama dan kebudayaan Hindu-Budha yang datang ke Indonesia dibawa oleh golongan Brahmana (golongan agama) yang sengaja diundang oleh penguasa Indonesia. Pendapatnya didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia, terutama pada prasasti-prasasti yang menggunakan Bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Di India bahasa itu hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan dan hanya golongan Brahmana yang mengerti dan menguasai penggunaan bahasa tersebut. Teori ini mempertegas bahwa hanya kasta Brahmana yang memahami ajaran Hindu secara utuh dan benar. Para Brahmanalah yang mempunyai hak dan mampu membaca kitab Weda (kitab suci agama Hindu) sehingga penyebaran agama Hindu ke Indonesia hanya dapat dilakukan oleh golongan Brahmana.
Van Leuur juga mengungkapkan, ketika menobatkan seorang raja, kaum brahmana pasti membawa kitab Weda ke Indonesia. Sebelum kembali ke India, tidak jarang para brahmana meninggalkan kitab Weda sebagai hadiah bagi raja. Kitab tersebut kemudian dipelajari oleh sang raja dan digunakan untuk menyebarkannya.
Akan tetapi teori ini juga memiliki kelemahan antara lain :
a.       Mempelajari bahasa Sanskerta sangat sulit. Sehingga raja-raja di Indonesia yang telah mendapat kitab Weda dari kaum brahmana dapat mengetahui isinya, bahkan menyebarkan ke orang lain.
b.      Menurut ajaran Hindu kuno, seorang Brahmana dilarang menyebrangi lautan apalagi meninggalkan tanah airnya. Jika hal itu terjadi, ia akan kehilangan ha katas kastanya.

5.      TEORI ARUS BALIK (COUNTER-CURRENT)
Teori ini dikemukakan oleh F.D.K Bosch yang menjelaskan peran aktif orang-orang Indonesia dalam penyebaran kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Menurut Bosch, yang pertama kali datang ke Indonesia adalah orang-orang India yang memiliki semangat untuk menyebarkan Hindu-Budha. Karena pengaruhnya itu, ada di antara tokoh masyarakat yang tertarik untuk mengikuti ajarannya. Pada perkembangan selanjutnya, banyak orang Indonesia sendiri yang pergi ke India untuk berziarah dan belajar agama Hindu-Budha di India. Sekembalinya di Indonesia, merekalah yang mengajarkannya pada masyarakat Indonesia yang lain.
Bukti dari teori ini adalah adanya prasasti Nalanda yang menyebutkan bahwa Raja Balaputradewa dari Sriwijaya meminta kepada raja di India untuk membangun wihara di Nalanda sebagai tempat untuk menimba ilmu para tokoh dari Sriwijaya. Permintaan tersebut dikabulkan oleh penguasa di India. Dengan demikian banyak tokoh dari Indonesia yang menimba ilmu di India.

C.   PENINGGALAN-PENINGGALAN HINDU-BUDDHA
Dalam keanekaragaman warisan budaya, kita mengenal adanya warisan budaya berupa warisan budaya benda (Tangible cultural heritage) maupun warisan budaya tak benda (Intangible cultural heritage). Keduanya membentuk sinergi yang sangat baik bagi kemajuan suatu bangsa. Bagaimana tidak? Ketika sebuah bangsa memiliki serba-serbi warisan budaya yang khas dan menjadi daya tarik tersendiri bagi bangsa asing, maka bangsa tersebut akan mendapatkan citra sebagai bangsa adiluhung di mata dunia. Tak terkecuali bangsa kita, bangsa Indonesia. Sungguh, keanekaragaman budaya yang dimiliki bermacam suku bangsa yang membentang dari Sabang hingga Merauke menjadi pesona yang seolah tak pudar dimakan usia. Tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan.
Akan tetapi di lain sisi, keanekaragaman warisan budaya bak menjadi sebilah mata pisau yang memiliki dua mata sisi. Selain keuntungan, tentu di balik keuntungan tersebut terselip konsekuensi yang tidak ringan. Konsekuensinya adalah, kita sebagai bangsa Indonesia, berkewajiban untuk menjaga bermacam warisan budaya tersebut agar tidak punah dan parahnya lagi bila sampai direbut bangsa lain. Hal ini jangan sampai terjadi. Berikut peninggalan budaya hindu-buddha di indonesia.

1.   WARISAN BUDAYA BENDA (Tangible  Cultural Heritage)

a.        Puncak Mahkota
Puncak mahkota memiliki bentuk alas melengkung seperti bulan sabit dengan empat kuku pada bagian permukaan tengah. Puncak mahkota ditemukan di dukuh Ngabean, desa Sawangargo, kecamatan Salaman, kabupaten Magelang, Biasanya digunakan sebagai hiasan kepala raja.

b.        Perhiasan Telinga
Ditemukan di dukuh Kuncen, desa Koen, kecamatan Jatipura, kabupaten Wonogiri. Bentuk dasarnya huruf “U” bercelah. Bagian ujun berupa profil kepala naga dan dikerjakan dengan cara pengukiran. ola hias naga dalam kesenian Indonesia kuno melambangkan kekuatan.

c.        Mata Uang Piloncito
Mata uang ini ditemkan di desa Wonoboyo, kecamatan Jogonalan, kabupaten Klaten. Mata uang emas ini berbentuk persegi, berukuran rata-rata 8 mm x 6 mm dengan berat rata-rata 2,5 gram. Salah satu sisinya terdapat tulisan huruf Prenagari “Ta” (Tahil). Pada masa Jawa Kuna alat ini digunakan untuk alat tukar yang bernilai dan biasa dibagikan oleh raja kepada pejabat saat penetapan sima.

d.        Kuwera
Arca Kuwera ditemukan di Kabupaten Klaten. Kuwera digamarkan duduk di atas padmsana dengan sikap lalitasana, kaki bertumpu pada pundi-pundi uang. Di belakang kepala terdapat prabha yang dilengkap payung (chattra). Kuwera diyakin sebagai dewa kemakmuran.

e.         Tiga Arca Dhyani Buddha Satu Lapik
Tiga arca ini ditemukan di dukuh Rejoso, desa Rejoso, Kecamatan Jogonalan, kabupaten Klaten. Arca-arca ini terdiri atas dua arca Dhyani Aksoya dan satu arca Dhyani Budha Amithaba. Arca ini sekarang berada di Museum Ronggowarsito Semarang dan kondisi koleksi masih terrawat baik.

f. Candi Borobudur
Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.

g. Candi Prambanan
Candi Prambanan yang dikenal juga sebagai Candi Roro Jonggrang ini menyimpan suatu legenda yang menjadi bacaan pokok di buku-buku ajaran bagi anak-anak sekolah dasar. Kisah Bandung Bondowoso dari Kerajaan Pengging yang ingin memperistri dara cantik bernama Roro Jonggrang. Si putri menolak dengan halus. Ia mempersyaratkan 1000 candi yang dibuat hanya dalam waktu semalam. Bandung yang memiliki kesaktian serta merta menyetujuinya. Seribu candi itu hampir berhasil dibangun bila akal licik sang putri tidak ikut campur. Bandung yang kecewa lalu mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca, yang diduga menjadi arca Batari Durga di salah satu candi.

2.   WARISAN BUDAYA TAK BENDA (Intangible  Cultural Heritage)
a.       Wayang Beber
Wayang beber muncul dan berkembang di Pulau Jawa pada masa kerajaan Majapahit. Gambar-gambar tokoh pewayangan dilukiskan pada selembar kain atau kertas, kemudian disusun adegan demi adegan berurutan sesuai dengan urutan cerita. Gambar-gambar ini dimainkan dengan cara dibeber. Saat ini hanya beberapa kalangan di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Karangmojo Gunung Kidul, yang masih menyimpan dan memainkan wayang beber ini.
b.      Gamelan Yogya
Gamelan adalah seperangkat alat musik Jawa yang terdiri dari saron, bonang, rebab, gendang, gong, dan sebagainya. Sebagian dari alat music ini merupakan peninggalan kebudayaan Hindu-Buddha. Hal itu ditunjukkan untuk mengumpulkan rakyat yang ada di sekitar keraton, setelah rakyat berkumpul kemudian memberikan ceramah keagamaan.
c.      Sendratari Ramayana Prambanan
Sendratari Ramayana Prambanan merupakan sebuah pertunjukan yang menggabungkan tari dan drama tanpa dialog, diangkat dari cerita Ramayana dan dipertunjukkan di dekat Candi Prambanan di Pulau Jawa, Indonesia. Sendratari Ramayana Prambanan merupakan sendratari yang paling rutin mementaskan Sendratari Ramayana sejak 1961. Pemilihan bentuk sendratari sebagai penutur cerita pahlawan atau biasa disebut wiracarita Ramayana karena sendratari mengutamakan gerak-gerak penguat ekspresi sebagai pengganti dialog, sehingga diharapkan penyampaian wiracarita Ramayana dapat lebih mudah dipahami dengan latar belakang budaya dan bahasa penonton yang berbeda

d.      Tari Jathilan/jaranan
kesenian ini merupakan salah satu jenis kesenian rakyat yang ada dan berkembang di daerah pegunungan menoreh, tepatnya di sebelah selatan candi Borobudur. Tari ini berlatar belakang oleh keadaan perang zaman dahulu.